Penghubung NTB

  • 07 Mar, 2021 10:26

Lembaga Penghubung Prov. NTB.

Program industrialisasi pemerintahan Zul-Rohmi terukur, terarah dan terencana berjangka waktu 20 tahun. Program ini merupakan turunan dari Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) menyusul disyahkannya Peraturan Daerah (Perda) Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) pada Desember 2020 lalu. Perda ini merupakan inisiatif Gubernur NTB @Zulkieflimansyah

Di dalam Perda ditetapkan sentra-sentra pengembangan berdasarkan sumber daya yang tersedia di wilayah kabupaten/kota. Tidak kurang dari  11 jenis komoditas perioritas yang tersebar di berbagai lokasi dan terbagi dalam tahapan rencana  pengembangan.

_______________

Dalam RPIP  NTB menetapkan lima sektor prioritas. Pertama, industri pengolahan,  (industri makan minum, pengolahan 11 komoditi yang ada, industri kosmetik dan farmasi herbal, dan industri olahan limbah, baik limbah organik, non organik dan limbah B3).

Kedua, industri kreatif (arsitektur, kerajinan, video, film dan fotografer, riset dan pengembangan). Ketiga, industri permesinan, otomotif dan energi terbarukan. 

Keempat, industri hulu agro (penyediaan bahan baku industri berbasis teknologi agar efisien, berkesinambungan dan ramah lingkungan). 

Kelima, industri pertambangan (pembangunan smelter dan industri turunannya). Juga Muslim Fashion Industri, di dalamnya ada sentra industri pewarna alam, industri batik/tenun, desainer, konveksi dan fashion.

Penetapan bidang industri perioritas ini tentunya berdasarkan sumber daya yang tersedia. Di masa kepemimpinan Zul-Rohmi kelima skala prioritas itu dibagi dalam 3 tahap pengembangan; 

Pada 2020,  adalah industrialisasi jagung, sapi, unggas, garam, essen oil (cengkeh, kayu putih, nilam dan sereh). 

Pada 2021, industrialisasi perioritas, rumput laut, kopi, cengkeh, cokelat, mente, kelapa dan ikan laut. Sedangkan pada 2022 – 2023 fokus pada pengembangan industri 11 komoditas tersebut di atas. 

Salah satu wilayah perioritas pengembangan pengolahan tahun ini adalah wilayah Saleh Moyo, Tambora (SAMOTA). Di Teluk Saleh berdasarkan data Tim Perencanaan Pengembangan SAMOTA, mencatat nilai produksi  hasil laut 2020 lalu mencapai Rp 13 Triliun. Itu pun belum maksimal dikembangkan secara modern. (Foto, ist.) MMG.

 

#health inside 

#fresh outside 

#inner peace 

#ntblawancorona 

#ntblawancovid19 

#ntbgemilang

#ntbsehatdancerdas

#ntbtangguhdanmantap

#ntbbersihdanmelayani

#ntbamandanberkah

#ntbsejahteramandiri

#ntbasridanlestari

#ntbhijau

#ntbzerowaste

#industrialisasintb


Poll Layanan Informasi

Kunjungan Website
  • Hari : 6
  • Minggu : 60
  • Bulan : 297
  • Tahun : 2150
  • Total : 23254
Lokasi